Di tengah geliat kemajuan pelayanan publik, Kantor Imigrasi Kelas I TPI Bengkulu memantapkan diri sebagai institusi yang tidak hanya serius dalam menjalankan tugasnya, tetapi juga berinovasi dalam membangun kedekatan emosional dengan masyarakat. Salah satu terobosannya yang kini menarik perhatian publik, terutama generasi muda, adalah kehadiran boneka maskot resmi mereka yang diberi nama Si Kica — seekor kucing abu-abu yang tak hanya menggemaskan, namun juga penuh makna dan nilai edukatif.
Dalam dunia yang makin terdigitalisasi, boneka maskot bukan sekadar simbol visual. Ia menjadi sarana komunikasi yang ramah, penghubung antara institusi dan publik, sekaligus media edukasi yang efektif. Si Kica, maskot Kanim Bengkulu, adalah cerminan dari semangat pelayanan publik yang inklusif, adaptif, dan berbudaya lokal.
1. Nama dan Arti "Si Kica"
Nama “Kica” merupakan akronim dari tiga nilai utama yang dipegang Kantor Imigrasi Bengkulu:
Ki: Kedisiplinan dalam pelayanan
Ca: Cakap dalam komunikasi
Namun secara fonetik, “Kica” juga menyerupai suara lucu dari seekor kucing kecil yang mengeong — simbol kedekatan dan keramahan. Pilihan nama ini menjadi pengingat bahwa pelayanan keimigrasian pun dapat dikomunikasikan dengan cara yang lembut, menyenangkan, dan mudah didekati.
2. Wujud Fisik Si Kica: Simbol Kelembutan dan Ketegasan
Boneka maskot ini mengambil bentuk kucing abu-abu berwajah manis dengan postur tegak berdiri, mengenakan seragam resmi layaknya pegawai imigrasi. Wajahnya dihiasi mata besar bersinar, hidung mungil berwarna pink, dan mulut yang tampak tersenyum.
Ciri khas Si Kica antara lain:
Bulu abu-abu muda, simbol keteduhan dan netralitas.
Seragam putih lengkap, identik dengan petugas imigrasi yang bersih dan profesional.
Lambang Garuda di dada kiri, sebagai pengingat bahwa ia berfungsi dalam melayani negara.
Celana panjang hitam serta sepatu boots kecil untuk menunjukkan ketegasan dan profesionalisme.
Ekor panjang melengkung ke atas, mencerminkan semangat dan kelincahan.
Lencana bertuliskan “Kanim Bengkulu” di dada kanan, menjadi identitas institusional.
Boneka ini dibuat dalam berbagai ukuran, mulai dari gantungan kunci 10 cm hingga boneka dekoratif berukuran 60 cm.
3. Filosofi Si Kica: Cerminan Nilai Pelayanan Humanis
Si Kica dirancang bukan tanpa makna. Filosofi di balik maskot ini adalah untuk mewujudkan citra lembaga yang tidak kaku dan menakutkan, tetapi bersahabat dan edukatif.
Kucing dipilih karena sifatnya yang:
Ramah dan mudah didekati, seperti halnya pelayanan publik yang terbuka.
Tegas terhadap wilayahnya, mencerminkan ketegasan Kanim terhadap urusan lintas batas.
Cerdas dan penuh rasa ingin tahu, sesuai dengan karakter masyarakat modern yang kritis terhadap layanan publik.
Warna abu-abu pun bukan sekadar estetika. Ia melambangkan keseimbangan antara tegas dan lembut, formalitas dan keramahan, tradisi dan inovasi.
4. Tujuan dan Fungsi Si Kica sebagai Maskot
Boneka Si Kica memiliki berbagai fungsi yang menjadikannya alat komunikasi multidimensi:
A. Media Edukasi
Si Kica digunakan dalam program “Kanim Goes to School” untuk mengenalkan anak-anak pada konsep kewarganegaraan, paspor, visa, dan etika bepergian ke luar negeri. Dengan karakter yang bersahabat, informasi disampaikan lebih mudah dipahami.
B. Duta Pelayanan Publik
Dalam berbagai kegiatan sosial seperti pameran, perayaan Hari Bhakti Imigrasi, dan pelayanan keliling, Si Kica hadir sebagai wajah ramah Kanim Bengkulu.
C. Pereda Ketegangan di Loket
Kehadiran Si Kica, baik dalam bentuk boneka besar di ruang tunggu maupun animasi di layar TV, memberikan suasana menyenangkan bagi anak-anak maupun lansia yang menunggu proses pelayanan.
D. Cinderamata dan Souvenir
Boneka Si Kica juga dijadikan souvenir resmi bagi tamu kehormatan, pengunjung luar negeri, maupun warga yang telah menyelesaikan proses imigrasi dengan lancar.
5. Cerita Fiksi “Petualangan Si Kica Menjaga Perbatasan Langit”
Untuk menghidupkan karakter Si Kica, Kanim Bengkulu menciptakan narasi dongeng yang kerap digunakan dalam materi edukasi anak-anak. Dalam kisah tersebut, Si Kica adalah Penjaga Langit Bengkulu yang bertugas mengawasi siapa saja yang hendak terbang ke negeri-negeri jauh. Dengan kacamata khusus, Si Kica dapat melihat apakah seseorang membawa paspor atau tidak.
Dalam satu petualangan, Si Kica membantu seorang anak bernama Anisa yang kehilangan dokumen perjalanannya. Dengan cekatan, Si Kica membantunya membuat paspor baru dan mengajarkan:
“Berpergian itu menyenangkan, tapi harus bertanggung jawab dan mengikuti aturan.”
Cerita ini diilustrasikan dalam bentuk buku cerita anak yang dibagikan ke PAUD dan SD.
6. Keterlibatan UMKM dan Kearifan Lokal
Pembuatan boneka Si Kica melibatkan pengrajin lokal dari wilayah Kota Bengkulu, Kepahiang, dan Rejang Lebong. Mulai dari penjahit seragam mini, pengrajin bordir lambang, hingga pengemas kotak boneka — semuanya adalah hasil sinergi antara Kanim dan komunitas UMKM lokal.
Dengan cara ini, Si Kica bukan hanya menjadi ikon layanan publik, tapi juga simbol pemberdayaan ekonomi kreatif masyarakat Bengkulu.
7. Si Kica Digital: Dari Boneka ke Avatar 3D
Sebagai bagian dari digitalisasi, Si Kica kini tampil dalam berbagai platform:
Stiker WhatsApp dan Telegram
GIF edukatif untuk Instagram Stories
Avatar 3D dalam aplikasi resmi Kanim
Serial YouTube “Kica Menjawab”, di mana ia menjawab pertanyaan umum seputar keimigrasian dengan gaya ceria.
Animasi suara Si Kica diisi oleh pengisi suara lokal, menggunakan logat Melayu Bengkulu yang halus — menciptakan kesan dekat dan otentik.
8. Testimoni Publik: “Si Kica, Sahabat Semua Usia”
Dalam survei internal Kanim, lebih dari 90% responden mengaku lebih nyaman dan tidak tegang saat melihat maskot Si Kica di ruang layanan.
9. Varian Boneka: Kica Explorer, Kica Dokumen, Kica Traveler
Untuk meningkatkan interaksi, tersedia beberapa versi Si Kica:
Kica Explorer: Mengenakan topi petualang dan membawa kompas.
Kica Dokumen: Membawa miniatur paspor dan visa.
Kica Traveler: Dengan ransel mini dan boarding pass, cocok sebagai hadiah anak yang hendak bepergian ke luar negeri.
10. Si Kica sebagai Brand Humanis Imigrasi
Dalam dunia birokrasi yang kadang terkesan kaku, Si Kica tampil sebagai oase kehangatan. Ia menjembatani warga dengan pelayanan, menciptakan ruang dialog tanpa ketegangan, dan menghadirkan pendekatan yang humanis, inklusif, dan inspiratif.
Kanim Bengkulu telah membuktikan bahwa maskot bukan sekadar hiasan, tetapi strategi komunikasi publik yang cerdas dan menyentuh hati.
Bagi anda yang ingin memesan boneka maskot kanim atau maskot lain dengan konsep apapun ataupun desain lain yang anda mau bisa langsung hubungi kami lewat whatapps di 085956710171.